Menghilangkan sifat lengket dan manja pada anak Awan Ukaya

Menghilangkan sifat lengket dan manja pada anak

Anak-anak kadang selalu ingin bersama didekat orangtuanya. Misalnya dalam melakukan aktivitas apapun, kebanyakan anak ingin sekali ditemani ayah-ibunya. Namun hal ini membuat anak menjadi manja dan tidak mandiri.

Penyebab kelekatan anak yang berlebih sebenarnya adalah karena pola asuh yang keliru. Ketidakmandirian semacam itu akan menimbulkan kerugian bagi si kecil, misalnya tidak bisa optimal mengembangkan kepribadiannya dan kemampuan sosial-emosionalnya. Itulah mengapa orang tua dituntut mencermati kelekatan yang berlebih ini, sekaligus segera melakukan langkah-langkah perbaikan. Jika tidak, pengaruh buruknya akan berbekas hingga ia berusia dewasa.

Berikut ini beberapa cara agar anak bisa melonggarkan keterikatan pada ibu atau ayahnya:

  1. Tumbuhkan rasa aman dan nyaman
  2. Terlalu lengket dengan orang tua sebenarnya merupakan ungkapan rasa tidak aman yang muncul pada saat anak berada di luar rumah. Saat itu, ia merasa harus terpisah dari keluarganya, terutama ayah dan ibu.
  3. Agar anak merasa aman, orang tua perlu memberi penjelasan sederhana yang mudah dimengerti. Jangan lupa, tersenyumlah kepadanya agar tumbuh perasaan nyaman. Rasa aman dan nyaman merupakan modal penting dalam melakukan berbagai aktivitas.
  4. Dengan merasa tenteram, ia bisa bebas bermain dan memudahkannya melepaskan diri dari kelekatan dengan orang tua.
  5. Tingkatkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri erat kaitannya dengan kemampuan menjadi mandiri, yang jika diteruskan akan melepaskan ketergantungannya dari orang tua. Pupuklah rasa percaya diri anak dengan memberinya kebebasan melakukan segala sesuatu, asalkan tidak berbahaya. Melalui kesempatan dan kebebasan yang kita berikan, rasa percaya dirinya akan terpupuk.
  6. Menghargai anak. Jangan pelit memberi penghargaan untuk anak, jangan pula menghubungkannya dengan pemberian materi. Pujian, belaian, ucapan sayang dan hal-hal sejenis sudah cukup menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Penghargaan atas hasil yang dicapai anak juga merupakan fondasi bagi rasa percaya dirinya.
  7. Biarkan anak leluasa bermain. Memperbanyak hubungan anak dengan dunia luar, baik dengan teman sebaya maupun dengan yang beda usia, akan menguatkan rasa percaya dirinya.
  8. Buang jauh sikap over-protektif yang hanya akan merusak rasa percaya dirinya.
  9. Perkenalkan lingkungan di luar rumah
  10. Buka wawasannya dan berikan alternatif kegiatan yang melibatkan banyak orang. Misal, mengajaknya ke rumah tetangga atau kerabat yang memungkinkannya bermain bersama teman sebaya. Anak yang sudah memiliki rasa percaya diri umumnya akan lebih mudah diajak berkenalan dengan lingkungan di luar rumah.
  11. Jauhi intervensi. Ketika anak mengalami masalah, orang tua sebaiknya jangan langsung menolong, apalagi mengambil alih semua permasalahan anak. Pola asuh semacam ini hanya membuatnya kurang memiliki citra diri yang positif dan semangat juang. Pada anak yang sangat lekat dengan orang tuanya, sikap orang tua yang ingin tampil sebagai dewa penolong hanya akan menguatkan kelekatannya tersebut.
  12. Arahkan, jangan memojokkan. Jika anak keliru atau tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya, orang tua boleh saja ikut bergabung. Itu pun sebatas memberi arahan, bukan merampas kesempatannya. Arahan yang diberikan haruslah disampaikan secara bijak karena akan sangat membantunya dalam memperbaiki kesalahan, tanpa membuat ketergantungannya menjadi semakin kuat.
  13. Jangan banyak menuntut. Orang tua sebaiknya jangan terlalu menuntut anak untuk bisa melakukan apa saja sesuai standar tertentu.