Si 5 tahun hobi betul main bola, boardgame, lomba lari, lomba makan kerupuk dan sebagainya. Jika memang, senangnya bukan main. Bagaimana anak-anak usia ini menghadapi kekalahan ?
Beri Penghargaan
Sampai umur 6 tahun, anak-anak belum benar-benar dapay menerima kekalahan dan bersifat sportif. Mereka memilih mengabaikan aturan dari pada menerima risiko kalah. Padahal mereka sudah memahami aturan main. Iini karena si 5 tahun masih memiliki perasaan sebagai pusat dunia ( egosentris ). Anak merasa seharunya ia yang memenangkan setiap lomba. Tak heran jika anak masih sulit menerima kekalahan.
Karenanya, yang laing bijak adalah puji suaha si 5 tahun untuk ikut bermain atau bertanding. daripada bertanya siapa yang memenangkan pertandingan, lebih baik menekankan pada seberapa keras anak berusaha atau berlatih sebelumnya, atau bagaimana senangnya dapat bermain atau berlomba bersama teman-teman.
Kalah Menang, Biasa
Namun bukan berarti sia-sia jika anda mengajarkan sportivitas, Si kecil belajar dengan cara memperhatikan apa yang terjadi di lingkungannya. JIka anda secara konsisten sportif pada setiap permainan atau pertandingan, serta tidak menunjukkan sikap mau menang sendiri, anak pun mengikuti jejak anda.
Tak perlu pula membesar-besarkan sebuah kemenangan, tapi tunjukkan bahwa yang penting adalah telah berusaha, dan lebih menekankan pada sisi kebersamaan serta fun di banding sekedar menang atau kalah.
Selain itu, hargai setiap upaya maupun pencapaiannya. Dukungan anda pada setiap kegiatannya meningkatkan rasa percaya dirinya. pada saatnya ia tidak lagi merasa terancam jika kalah dari orang lain.
Jika ini terjadi, sedikit demi sedikit anda giring si kecil untuk berani mengakui kekalahannya secara positif pada setiap kompetisi. Di saat inilah anak berani berkompetisi dalam arti sebenarnya.