Makna Jancuk dan Sang Pelopor Jancuker Awan Ukaya

Makna Jancuk dan Sang Pelopor Jancuker

Inilah budaya jawa yang sarat makna. Kata jancuk yang selama ini dipakai oleh orang jawa timur sebagai ungkapan rasa marah, umpatan, dan kecewa telah memaknai dirinya lebih luas dari makna bawaanya. Saking seringnya kata jancuk dipakai dalam pergaulan sehari-hari perluasan makna jancuk sekarang ini seolah-olah sudah diterima sebagai ungkapan biasa dan bahkan di sebagian situasi dan kondisi kata jancuk sudah menjadi isyarat keakraban. Dari segi asal usulnya kata jancuk memang sulit dipastikan, apakah ini asli bahasa jawa atau serapan dari bahasa lain. Menurut informasi yang beredar di masyarakat, ada beberapa pendapat yang menyebutkan tentang asal-usul kata jancuk. Ada yang bilang bahwa jancuk itu berasal dari bahasa arab, dari kata Da’ Su’ yang berarti tinggalkanlah kejelekan atau keburukan. Ada pula yang berpendapat bahwa kata jancuk adalah turunan kata ‘di-encuk’ dalam bahasa jawa berarti disetubuhi dan lain sebagainya. Kata jancuk juga mempunyai varian atau sinonim, beberapa diantaranya adalah diangkrik, jiangkrik, dancok, jiancok dan lain-lain.

Dalam kaitanya dengan budaya jancuk menurut saya mempunyai keunikan tersendiri. Jikalau jancuk digunakan untuk mengumpat atau melampiaskan kemarahan, disana jancuk mempunyai porsinya sendiri sebagai kata yang kotor dan tidak pantas untuk diucapkan. Lain lagi jikalau jancuk digunakan untuk mengungkapkan sebuah kekaguman, “Jancok, ayune rek….(Wah, Cantik bener…)” rasa yang timbul ketika mengungkapkan jancuk itu sudah berbeda  dan tidak ada unsur kejelekan sama sekali. Jancuk juga sangat pas digunakan untuk mengungkapkan sebuah kerinduan “Jancok, kon nandi ae, suwe ga ketoro ” kurang lebih artinya seperti ini, “Dari mana saja kamu, kok lama ga kelihatan”. Dan saya kira tidak ada bahasa manapun yang mampu mewakili kata jancuk di dunia ini. Coba anda cari padanan kata jancuk di dalam bahasa lain, dalam bahasa inggris mungkin sama artinya dengan “Fuck” dalam bahasa Indonesia ada kata “Babi, Anjing” akan tetapi konteks jancuk tidak sesempit itu. Kata fuck tidak bisa digunakan untuk mengagumi sesuatu begitu juga babi dan anjing.

Kata jancuk sekarang sedang ngetrend akibat sang pelopor jancukers Mbah Sujiwo Tejo. Mungkin beliau sengaja memilih kata jancuk sebagai sebuah ungkapan yang pas untuk mengatakan bahwa jancuk itu belum tentu jancuk. Dimana artinya kita ini harus mempunyai wawasan yang luas untuk memahami sesuatu jangan dilihat dari bleger atau wujud yang nampak. Saya menangkap bahwa mbah tejo sedang member pelajaran kepada kita untuk saling menghargai sesuatu.