Buah Tawakal kepada Allah (2)
- Harga diri
Orang – orang yang bertawakal adalah orang – orang yang memiliki harga diri. Tidak pernah sedikit pun mereka menjadi pengemis karena lah itu jika dilakukan justru akan meruntuhkan harga dirinya.
Imam Abu Abbas al-Mursi pernah berkata, “Demi Allah, aku tidak melihat adanya harga diri kecuali pada orang yang tidak tergantung pada makhluk.”
Menurut Ibnu Athailah bahwa, sikap tidak bersandar pada makhluk adalah sifat kaum sufi dan orang – orang yang berilmu. Ia timbul dari dari keyakinan sejati kepada Allah.
“Padahal kekuatan itu hanya-lah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang – orang mukmin, tetapi orang munafik itu tiada mengetahui.” (al-Munafiqun:8)
- Sikap ridha
Imam Basyar al-Hafi pernah berkata, “Bahwa sebagian orang sering berkata, ‘Aku bertawakkal kepada Allah’, padahal mereka itu mendustakan Allah, tentunya ia akan ridha terhadap apa yang diperbuat Allah.”
Imam Ibnu Qayyim berkata, “Sesungguhnya ridha adalah buah dari sikap tawakal. Siapa saja yang menafsiran tawakal sebagai sikap ridha, maka ia telah menafsirkannya dengan buah yang paling baik dan yang paling bermanfaat dari sikap tawakal tersebut. Jika seseorang benar – benar bertawakal, maka ia akan ridha terhadap apa yang dilakukan oleh pelindungnya.”
- Timbulnya harapan
Orang yang bertawakal kepada Allah tidak akan pernah terbesit dalam hatinya rasa hilang harapan dan putus asa. Al-Quran telah mengajarkan kepada kita bahwa putus asa adalah bagian dari kesesatan dan berputus asa adalah pengikut kekufuran.
“Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang – orang yang sesat.” (al-Hijr : 56)
Sumber dari buku Fiqih Wanita, Dr. Yusuf Qaradhawi