ENAK DI LIDAH, KANKER DI KOLON Awan Ukaya

ENAK DI LIDAH, KANKER DI KOLON

Angin malam lembut berhembus, menebar aroma dingin di sebuah kafe. Beberapa eksekutif muda di dalamnya mencoba menghangatkan tubuh dengan menegak minuman keras. Bermangkuk-mangkuk sop buntut dan steak daging sapi sudah dibersihkan dari meja mereka. Habis makan besar sepertinya.

Gaya hidup dan kebiasaan makan seperti di atas memang urusan masing-masing dari pemilik perut. Namun minum-minuman beralkohol yang dibarengi santapan fast food, sop buntut, gulai kambing, steak, dan makanan berlemak tinggi lainya tentu menyimpan resiko. Apalagi jika dilakukan dengan berlebihan. Bukan bermaksud untuk menakut-nakuti, tapi kita yang biasa berfoya-foya dengan minuman keras dan makanan mahal secara berlebihan, semoga saja masih bisa membayar harga yang juga tak terhingga mahalnya di usia senja nanti, jika terkena kanker kolon atau kanker usus besar.

Di Indonesia, nama kanker usus besar barangkali tidak setenar kanker lainya. Namun di Amerika Serikat sudah menjadi penyebab kematian kedua terbanyak. Banyak masa tua warga Amerika Serikat yang sengsara karena kebiasaan makan yang amburadul di waktu muda.

Kita tetap harus menyadari bahwa keberadaan penyakit ini seperti bom waktu, yang sewaktu-waktu bisa saja meledak, seiring makin maraknya gaya hidup makan asal enak dan asal mahal. Dari hal itu, jika ada diantara kita yang selama ini masih dalam jeratan gaya hidup yang tidak sehat, marilah mulai membiasakan diri makan dengan pola yang sehat. Sebenarnya, kata kunci untuk itu mudah, banyak-banyaklah makan makanan yang berserat dan mudah didapatkan dalam beras, sayuran, gandum, kacang dan buah-buahan.

Enak di lidah memang belum tentu enak di kolon.