Serba serbi Seorang Penulis Awan Ukaya

Serba serbi Seorang Penulis

Banyak cerita yg sudah terbaca tentang para penulis yang akhirnya bisa dibilang sukses karena diawali dengan niat tulus mereka yang menulis bukan karena ingin meraih ketenaran. Lagipula setenar apakah penulis di negeri ini dibandingkan para anak band ataupun artis ibukota yang biasa nampang tiap hari di layar televisi dan berbagai media. Ketenaran para penulis sekarang ini mungkin hanya bisa disejajarkan dengan kaum intelektual negeri yang sesekali saja tersiar kabar beritanya.
Dan entah kapan para penulis di negeri ini bisa setenar mereka hingga dengan sendirinya berarti minat baca masyarakat kita yang juga semakin tinggi. Bagi mereka yang disebut penulis “Menulis adalah sungguh suatu rahmat dan mujizat. Meski apakah mereka menulis karena berbakat? Tidak. Karena berminat? Juga tidak. Tetapi bisa saja karena satu hal : nekad!”

Hingga penulis seperti mereka, dengan senang hati dan tulus ihklas akhirnya banyak menulis berbagai buku serta turut menyumbangkan motivasi bagi para generasi yang juga suka menulis namun masih amatir, kira-kira begini pesan mereka “

Apapun hal menarik yang anda lihat, tulislah. Ada gagasan baru, tulislah. Bertemu pengalaman unik, tulislah. Muncul harapan Anda tentang masa depan, tulislah. Mendapat berkat dan rejeki dari Tuhan, tulislah. Menikmati buku-buku yang menyentuh, tulislah. Melihat dan mendengar berita yang penting, menulislah…Semua harus ditulis, kembangkan segala kreatifitas nalar kita dengan kegiatan menulis.

Dan di ujung tulisan ini , saya coba bertanya pada mereka “tapi bagaimana jika kita yang sangat cinta dengan menulis ini hidup di lingkungan yg menganggap penulis itu pemimpi, jika kau suka menulis ttng segala sisi kehidupan malah akan dikatai sebagai manusia yg urang bersyukur dan suka mengeluh, jika kemudian kau banyak menulis tentang motivasi mereka mengatakan penulis itu berkata ttng apa yg tidak bisa dibuktikanya sendiri, jika kau suka menulis tentang hal-hal romantis mereka bilang penulis itu dokter cinta yang lebih kerap sakit hati daripada mendpatkan pujaan hati, dan jika kau mulai masuk sebagai penulis yg ingin menulis hal-hal bermanfaat yg berhubungan dengan dunia sosial-politik dan lain sebagainya, mereka katakan kau hanya penulis banyak omong yang sok intelek, padahal dalam dunia nyata hanyalah manusia yang punya nalar pas-pasan saja. gimana dong???”

Kalau menurut saya tetap “Lanjutkan sampai titik darah penghabisan”…bagaimana menurut anda yg sudah sukses sbg penulis, mngkin bisa kasih saran dan kritiknya.