Kisah Tragis di Hari Kamis
Kamis,20 – 12 – 2008
Naiki tangga itu,jangan perhatikan bayangan lukisan gemetar di sudut gelap lantai pertama. Langkahi muntahan itu dan jangan bersandar pada pagar. Kuncimu bisa dipakai untuk sebagian pintu di bangunan ini, dan yang sebagian lagi tidak terkunci.
Buka pintu yang bertuliskan “Bad Boys”, tak usah repot membaca tulisan vulgar yang dituliskan di bawah hurufnya…toh bukan dalam bahasa Indonesia, dan kau tidak cukup pandai tentang bahasa Inggris untuk mengetahui apakah grafity itu memang dalam bahasa Inggris. Tapi sebenarnya, walaupun tidak faseh…kau sering berusaha mengenal beberapa kata dalam bahasa inggris , sehingga jika kata-kata itu terlihat begitu asing, mungkin saja bukan bahasa Inggris tetapi bahasa perancis….atau apalah.
Buka pintunya dan masuk ke dalam. Bernapaslah melalui mulut. “Mahkluk ini sudah mati” bebarapa hari yang lalu dan menambah bau pengab kamar ini pada musim panas. Buka jendela….tidak lupakan itu, jendelanya pasti macet, dan kau tak punya banyak waktu. Kau kan bukan pembantu di rumah ini…
Perlukah Polisi saja yang membersihkanya ? tetapi setelah kau menelpon mereka…tapi, jangan dulu. Kau masih harus mencari dompet.
Tahan napas dan jangan perhatikan apa yang terjadi pada kulit mahkluk itu. Jangan coba memikirkan seperti apa tubuhnya sebelum membengkak. Tak penting apakah kau pernah memperhatikan dia waktu hidup atau tidak. Gerayangi saja saku baju itu, benar…masukkan tanganmu ke dalamnya. Semakin dalam hingga tangan kasarmu masuk seluruhnya, meskipun kain sakunya begitu tipis, meskipun kulit mahkluk itu di bawah saku tersebut….lembek dan tegang, seperti bubur jagung di lemari es, bergoyang, mesih menyatu tetapi siap terpecah kalau kau menyentuh terlalu kuat.
Ambil semua dari saku itu, setiap saku,…karena memang itu niat awalmu. Kau bisa keluar dari situ, setelah mendapat semuanya.
Biarkan bangkai kucing itu tergeletak. Setelah kau mengambil dompet dan beberapa lembar duit receh yang tertinggal di saku baju dan celanamu yang kau gantung di belakang pintu, dekat dengan bangkai kucing itu. Tak ada guna menelpon polisi, karena kau hanya akan ditertawakan dan dibilang gila. Inikan hanya masalah meregang nyawanya seekor kucing yang sudah seminggu terkurung di kamar mu, tanpa makan. Dan selama waktu itu juga kau pergi mengembara di pedalaman orang Badui untuk meneliti bahan cerita novel mu yang hampir rampung.
Sekali seruan saja,…Tukiyem pembantumu pasti akan bergegas menghampiri dan menurut perintahmu untuk membersihkan semua darah yang mengotori lantai kamar. Kau adalah orang yang tak acuh dalam segala situasi remeh, mungkin karena kesendirian membuat kau mati rasa. Apalagi jika itu hanya untuk seekor kucing, hadiah dari mantan kekasih yang kehadiranya pun tak pernah kau hiraukan.
Sungguh malang nasipnya….”Kisah Tragis Si Kucing Manis di Hari Kamis”