Makanan selingan untuk bayi Awan Ukaya

Makanan selingan untuk bayi

Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan tubuh maupun sel-sel otak sehingga mereka dapat tumbuh optimal dan cerdas. Oleh sebab itu, keseimbangan gizi dalam makanan perlu diperhatikan sejak masih janin dalam kandungan melalui makanan yang dikonsumsi ibu hamil. Perlu diketahui, sel-sel otak memiliki pertumbuhan yang paling cepat hingga usia 3 hingga 4 tahun.

Pemberian makanan balita sebaiknya bervariasi, menggunakan makanan yang memang telah dikenalkan sejak bayi berusia enam bulan, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga. Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Selain itu, peran orangtua juga sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu sebaiknya mengetahui dan menerapkan pola makan yang seimbang dan sehat dalam keluarga karena si anak akan meniru perilaku makan dari orangtua maupun orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.

Makanan selingan tidak kalah pentingnya untuk diberikan pada jam-jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu anak jika porsi makannya tidak cukup atau karena si anak susah makan. Namun, pemberian makanan selingan yang berlebihan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.

Makanan selingan sebaiknya mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan zat gizi lainnya.

Fungsi makanan selingan bagi balita antara lain, yaitu:

  1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terkandung dalam makanan selingan
  2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang, dan malam)
  3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita
  4. Makanan selingan sebaiknya dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika harus dibeli di luar rumah. Bila ibu terpaksa membeli, sebaiknya pilih tempat yang bersih dan pilih makanan yang lengkap akan gizi, jangan didominasi dengan sumber karbohidrat atau gula saja. Jika sejak kecil, anak sangat senang mengonsumsi gula, maka kebiasaan tersebut akan dibawa sampai mereka dewasa dan akhirnya menimbulkan risiko kegemukan. Kegemukan merupakan faktor risiko penyebab terserangnya penyakit tertentu di usia yang relatif muda.