Geng putri muslimah bukanlah geng putri ala seleb seperti itu. Jauh-jauh hari Allah SWT mengingatkan bahwa siapapun yang melewatkan waktu akan rugi kecuali orang-orang yang beriman, beramal shaleh dan saling menasihati dalam kesabaran dan ketakwaan. Bahkan Rasulullah SAW mengatakan “Diantara baiknya kemusliman seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak berfaidah baginya” (HR Bukhari)
So pasti, remaja puteri muslimah akan mendudukan dirinya sebagai kader peradaban islam, sebagai agent of change. Masa remaja adalah masa persiapan menjadi istri, dan kader islam. Juga, persiapan untuk menjadi penghuni surge. Ya toh?
Bila remaja puteri muslimah yang merupakan 50% dari penduduk ini tidak mempersiapkan semua itu, bagaimana mungkin islam dapat maju dan anak cucu kita dapat bahagia dunia akhirat. Apalagi bila justru kaum hawa menjadi geng putri yang tercekoki racun peradaban barat. Sebab, kaum putri shalihahlah yang dapat mendidik kaum lelaki, yang dengan didikannya itu, kaum putera menjadi orang ternama, orang terpandang, orang terkemuka dan terpelihara. Merekalah yang sanggup nyebarin ilmu, merekalah yang sanggup nyebarin ilmu dikalangan kaum puteri dengan sebaik-baiknya dan secukup-cukupnya.
Sejarah islam mencatat dengan baik tentang “geng puteri” sebenarnya. Gadis-gadis Andalusia sungguh mendapati masa yang luar biasa. Mereka sibuk dengan menuntut ilmu. Kala itu penghidupan sempurna dan jaya, hingga dengan demikian jiwa merdeka bersemi dalam dada muslimah.