Bahaya pengharum ruangan bagi bayi Awan Ukaya

Bahaya pengharum ruangan bagi bayi

Seringkali di televisi, kita melihat iklan-iklan yang memasarkan produk tentang parfum ruangan. Nah, mungkin kita menganggap hal tersebut adalah hal yang positif saja, seperti berfungsi untuk menghilangkan bau yang tidak sedap di dalam rumah dan karena kepraktisannya. Namun produk parfum-parfum tersebut tentu saja berbahan kimia dan mengandung bahaya bagi orangtua dan bayinya.  Sang bayi akan berisiko menderita diare dan nyeri telinga, sedang ibunya akan menderita sakit kepala dan depresi. Penyebabnya adalah bahan organik pengharum yang menguap di udara.

Bahan-bahan yang menguap ini (VOCs, Volatile organic compounds) merupakan campuran kompleks dari bahan kimia yang berasal dari pengharum ruangan, penyemprot aerosol dan barang-barang yang ada di dalam ruangan seperti perabot, cairan pelarut, bahan-bahan untuk membersihkan, cat dan sebagainya.

Di rumah-rumah yang menggunakan pengharum ruangan, termasuk dalam bentuk padat, semprot maupun aerosol yang digunakan setiap hari dibanding dengan yang menggunakan sekali dalam seminggu, bayi-bayinya 32% lebih sering untuk menderita diare. Demikian juga lebih mudah menderita nyeri telinga.

Sedang penggunaan penyemprot aerosol seperti pada parfum dan penyemprot rambut, meningkatkan diare pada bayi sebesar 30% dan juga mempengaruhi kesehatan ibu. Hampir 10% ibu mengeluhkan sakit kepala dan 26% ibu menjadi lebih mudah menderita depresi.

Mengapa hanya ibu dan bayi hingga berusia 6 bulan yang rentan terhadap efek VOCs ini? kelihatannya hal ini disebabkan karena hampir 80% waktunya, mereka habiskan di rumah. Jadi tidak tertutup kemungkinan efek ini menyerang mereka yang juga sering berada di rumah seperti orang-orang yang berusia lanjut.

Memang masih diperlukan penelitian lebih lanjut, tapi sebelum diketahui pasti, yang pasti, pembuatan pengharum ruangan tersebut menggunakan bahan kimia. Kita tentu sudah tahu bukan bahwa bahan kimia cukup berbahaya. Karena itu kurangilah pemakaian pengharum ruangan.

Sumber: Archives of Environmental Health