Mencegah darah tinggi dengan hidup sehat
TEKANAN darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu faktor risiko paling berpengaruh penyakit kardiovaskular. Pola hidup tidak sehat merupakan faktor pemicu utama dari gangguan kesehatan ini.
Sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui dirinya mengidap masalah itu sebelum memeriksa tekanan darah. Gangguan ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-ekonomi.
Hipertensi merupakan keadaan saat tubuh kehilangan atau tidak mampu mengendalikan tekanan darah sehingga mengalami tekanan berlebihan. Akibatnya, volume darah meningkat dan saluran darah menyempit sehingga jantung memompa lebih keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi kepada setiap sel di dalam tubuh.
Sedangkan tekanan darah diukur berdasarkan tekanan terhadap dinding pembuluh darah (dalam mmHg). Angka 120/ 80 mmHg adalah tekanan darah yang normal yang terjadi pada waktu jantung memompa (sistole) dan istirahat (diastole).
“Jika tekanan darah melebihi tingkat normal, maka risiko kerusakan bisa terjadi pada organ vital di dalam tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak,” tutur ahli jantung dan hipertensi dari RS Pusat Jantung Nasional-Harapan Kita Prof Dr dr Budhi Setianto SpJP.
Tekanan darah yang tinggi akan menyebabkan pembengkakan jantung, penyempitan pembuluh darah, dan koroner. Kombinasi komplikasi tersebut mampu meningkatkan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan gagal jantung. Oleh karena itu, pengenalan dini terhadap hipertensi serta penanggulangannya dapat menurunkan angka kematian.
Sangat disayangkan, minimnya pengetahuan sering kali membuat masyarakat mengabaikan hipertensi dan komplikasi yang ditimbulkan. Sebenarnya bukan perkara sulit untuk mengontrol tekanan darah normal.
Mengubah gaya hidup tidak sehat dan kembali pada pola hidup sehat merupakan langkah utama yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko kardiovaskular, morbiditas (kesakitan), dan mortalitas (kematian).
“Lifestyle modification yang terdiri dari mengatur pola makan mengontrol berat badan, mengurangi alkohol, dan berolahraga,” ungkap Budhi ketika disinggung mengenai upaya pencegahan hipertensi.
Globalisasi memang telah menyebabkan perubahan gaya hidup dan pola makan. Asupan makanan sering kali dikaitkan dengan penyakit, termasuk hipertensi.
Hipertensi erat kaitannya dengan asupan mineral ion-ion di dalam tubuh seperti sodium, natrium, chlor, fosfor, dan kalium. Oleh sebab itu, hipertensi terkait dengan asupan garam terutama garam dapur. Dalam keadaan orang dewasa normal dibutuhkan asupan garam 2 gram/ hari, tetapi tetap disesuaikan dengan aktivitas yang dijalani.
Sebagai contoh, olahragawan yang mengeluarkan banyak keringat tentu akan membutuhkan asupan garam sekitar 6-8 gram/ hari. Asupan garam ini diperlukan untuk kebutuhan beraktivitas sehari-hari sebagai penyeimbang sodium yang keluar dalam bentuk urine, keringat, dan feses.
Garam yang masuk harus seimbang dengan garam yang keluar. Sebenarnya kebutuhan garam di dalam tubuh sudah terpenuhi dalam menu makanan sehari-hari. Sayuran, nasi, gandum, kacang, roti atau jenis makanan yang lain sudah cukup menyuplai kebutuhan garam di dalam tubuh. Akan tetapi, sering kali orang menambahkan garam di meja agar makanan semakin gurih dan lezat. Penambahan kecap pun bisa menambah asupan sodium dan chlorida.
Kondisi inilah yang menyebabkan asupan garam berlebihan di dalam tubuh. Apabila kondisi berlanjut, artinya asupan garam lebih dari yang dibutuhkan akan menyebabkan gangguan metabolisme. Salah satu dampaknya adalah tekanan darah tinggi. Sebab itu, Fransisca menyarankan penderita hipertensi tidak menambahkan garam lagi ke dalam makanan.