BAHAYA GETOL MENGASUP SOFT DRINK Awan Ukaya

BAHAYA GETOL MENGASUP SOFT DRINK

Aneh tapi nyata, tapi begitulah faktanya. Saat orang Amerika muldai sadar pada dampak buruk mengkonsumsi sukrosa, di negeri ini kita malah bangga meniru pola makan mereka. Bahkan lebih getol mengasup softdrink, permen, biskuit yang sudah dilapisi sukrosa, sampai gula dan sirup dari jagung yang kerap dipromosikan sebagai rendah kalori.

Banyak diantara kita yang masih belum mengerti bahwa gula (dari tebu, sukrosa) mengandung glukosa dan fruktosa dengan perbandingan yang sama besar. Dalam kondisi normal, glukosa dibakar menjadi tenaga. Sedangkan sisa pembakaran diubah menjadi asam lemak. Pembakaran fruktosa pun harus melalui jalur pembakaran glukosa.

Dan bagaimana jika sukrosa yang dikonsumsi begitu banyak sehingga timbul gelombang atau banjir glukosa dan fruktosa ?. Dampaknya adalah tidak dapat masuk jalur pembakaran glukosa, sehingga terpaksa menempuh jalan pintas, diubah menjadi gliserol-3-fosfat. Begitu juga dengan glukosa, jika banjirnya kelewatan, diubah pula menjadi gliserol -3-fosfat.

Gliserol-3-fosfat dapat mengikat tiga asam lemak dan membentuk trigliserida yang bebas beredar dalam darah, ada pula yang tersimpan dalam jaringan lemak. Kabar buruknya, kadar triglesida dapat memicu penyakit jantung dan pembuluh darah. Begitu bahayanya triglesida ini, kelebihan 800 mg/dl saja sudah dapat menyebabkan terjadinya penyakit pankreatitis akut atau radang kelenjar pangkreas.

Dahulu, di Amerika Serikat meningkatnya kasus kardiovaskuler, obesitas, dan diabetes menimbulkan kekhawatiran, sekaligus gagasan untuk mengganti konsumsi lemak hewan dengan karbohidrat sebagai sumber energi. Namun, sumber energi pengganti lemak hewan pun tak sepenuhnya aman. Karena belakangan terbukti, sukrosa terutama fruktosa, ternyata meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar kolesterol baik darah, sehingga melambungkan jumlah pasien kardiovaskuler. Dari hal itu akhirnya dilakukan pembatasan pemakaian sukrosa dan menggantikanya dengan tepung.